Berasal dari dusun yang jauh dari kota bukanlah suatu penghalang untuk sukses dan meraih pendidikan tinggi.
Pitalis Mawardi, seorang putra daerah yang berasal dari Dusun Engkadin, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang telah membuktikannya.
Meskipun lahir dan dibesarkan di sebuah dusun yang jauh dari kota, tidak menjadikan penghalang baginya.
Laki-laki kelahiran 10 Oktober 1984 ini menyelesaikan pendidikan dasar di kampung kelahirannya pada 1994.
Ia kemudian melanjutkan jenjang SMP pada 2000 dan jenjang SMA di Nanga Tayap pada 2003.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan tinggi di STKIP-PGRI Pontianak pada 2007 dan S-2 Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta pada 2011.
Keberhasilannya meraih S2 tidak membuatnya puas.
Ayah dari dua orang anak ini masih haus akan pengetahuan sehingga memutuskan untuk mengambil program doktoral di Universitas Sultan Zainal Abidin, Malaysia pada 2018.
“Bermodal nekat saya ambil jurusan Environmental Science di sana (Universitas Zainal Abidin).
Lumayan mengalami kesulitan karena saya menguasai Bahasa Inggris pasif, terutama ketika menyelesaikan disertasi, karena saya termasuk student asing jadi diwajibkan menulis disertasi dalam Bahasa Inggris dan Melayu,” jelas Pitalis.
Menurutnya, ia mendapat banyak pengalaman selama proses penyelesaian disertasi tersebut.
“Proses Bimbingan yang benar-benar dilatih untuk menjadi ilmuwan dan strugle dalam menyesuaikan iklim akademis negara lain.
Selain modal nekat dan belajar keras, ada satu lagi yang harus dimiliki yaitu keterampilan bahasa inggris, tidak harus fasih minimal bisa menterjemahkan dari Inggris ke Indonesia,” tambah laki-laki yang biasa disapa Ardi ini. Selama proses kurang lebih 4,5 tahun menyelesaikan pendidikan S3, Pitalis berhasil mempublikasikan 5 Jurnal Internasional terindeks scopus.
Setelah berhasil meraih gelar Ph.D (Doctor of Philosophy), ia kembali mengabdikan diri sebagai Dosen di kampus tempatnya meraih pendidikan S1, IKIP PGRI Pontianak dengan mengajar di Program Studi Pendidikan Geografi.
“Karena saya seorang akademisi, maka saya berencana akan mengabdikan diri untuk mencerdaskan SDM bangsa dan daerah kelahiran saya.
Khusus untuk IKIP, saya akan menguatkan kontribusi untuk memajukan almamater saya,” ujar Pitalis.
Selain aktif sebagai akademisi, ia juga sering memberikan pelatihan dan bimbingan, baik kepada mahasiswa, dosen, maupun cendekiawan terutama terkait dengan topik kearifan lokal, budaya, dan geografi, serta teknik penulisan karya ilmiah.
Ia telah berkeliling wilayah Kalimantan Barat melakukan pelatihan penulisan karya ilmiah bagi para guru dan dosen. Tidak kurang dari 3.000 guru dan dosen telah diberinya pembekalan menulis karya ilmiah.
Sebagai pekerja dan pegiat literasi, Pitalis founder Media Edukasi Borneo dan Penerbit Putra Pabayo Perkasa dan bertindak sebagai direktur penerbitan.
Berikut judul buku yang telah ditulis dan dipublikasikannya:
- Karya Tulis Ilmiah: Panduan Praktis Bagi Guru (2019)
- Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tiandakan Sekolah dan Best Practice (2019)
- Nilai Kearifan Lokal Upacara Adat Naik Dango Sebagai Civic Culture Dayak Kanayant (2019), dan beberapa buku lagi yang dalam proses penerbitan.
Mantaps. Tambah 1 Doktor Dayak. Lekas2 urus publikasi internasional dan nasional, agar guru-besar.