Laman Resmi
Rumah Panjai : Filosofi Manusia Dayak
Rumah Suku Dayak Iban, “Betang” (rumah panjai), awak kitai nugau idup. Rumah yang dibangun dengan roh dan jiwa (semengat) dan hati Suku Iban (Iban Besai, gerempung Ibanic).
Pada suku Dayak tertentu, sebagaimana Suku Dayak Iban, pembuatan rumah Betang atau rumah panjai haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut diantaranya: hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.
Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjai, yang lazim disebut Lou, Lamin, Betang/Rumah Panjai, dan Lewu Hante.
Betang (rumah panjai) memiliki keunikan tersendiri. Rumah panjai kitai Iban, secara fisik sisa sedikit yang masih bertahan dan dipertahankan oleh masyarakat Suku Iban. Di Rumah Panjai Iban terdiri daripada satu deret rumah dengan berpuluh-puluh rumah/pintu mempunyai ciri dan keistimewaan tersendiri maupun dari segi keselamatan penghuni dan pelestarian kebudayaan.
Jantung kehidupan Dayak Iban ini, penghuninya berpegang teguh dengan adat tradisi suku kaum (subsuku) masing-masing yang tidak mudah dipengaruhi masyarakat luar. Rumah ini menggunakan tiang jenis kayu keras (ulin) dan tidak mudah rapuh, seperti kayu belian yang mudah didapati di Kepulauan Borneo.
Other Books From - Etnografi
Other Books By - Wilson
Back